BONSERNEWS.com - Indonesia mengalami banyak peristiwa penting dalam perjalanannya menuju negara berpenghasilan menengah. Diantaranya berfokus pada kondisi anak Indonesia yang terancam dengan tingginya angka anak bertubuh pendek (stunting) dan kurus (wasting) serta 'beban ganda' malnutrisi dimana terjadinya kekurangan dan kelebihan gizi.
Presiden Joko Widodo kembali meneguhkan komitmennya dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, stunting yang menurut data SSGI 2021 berada di angka prevalensi 24,4 persen, ditargetkan turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Presiden Jokowi menyampaikan dalam pidato kenegaraan pada 16 Agustus 2022, bahwa persoalan kesehatan dalam upaya mempercepat pertumbuhan SDM Masyarakat Indonesia harus segera ditanggulangi.
Baca Juga: Ifan Seventeen Ungkap Kekesalan Saat Manggung, Dicibir Netizen ' Untung Security Bukan Bencana'
"Semua agenda tersebut harus ditopang oleh manusia Indonesia yang unggul. Untuk itu, di bidang kesehatan, stunting harus cepat dipangkas. Layanan promotif dan preventif serta layanan pengobatan harus semakin kuat dan merata.” kata Presiden Jokowi.
Begitu Pula, Wakil Presiden Indonesia selaku ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) memaparkan bahwa berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018.
Baca Juga: Cerpen Rizky Siregar: Kembar Satu Jiwa - 3
“Pemerintah mempunyai target untuk menurunkan prevalensi hingga 14% pada tahun 2024. Itu artinya, kita harus menurunkan prevalensi sebesar 10,4% dalam 2,5 tahun ke depan, yang tentu saja ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk mencapainya,” tuturnya.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menegaskan para calon pengantin untuk memeriksa kesehatan sebelum melangsungkan pernikahan. Hal tersebut penting dilakukan agar ketika hamil, sang ibu dan janin tidak mengalami kekurangan nutrisi dan gizi sehingga bayi yang dilahirkan sehat dan tidak stunting.
Salah satu aplikasi yang digunakan untuk memantau dan memeriksa kesiapan dari calon pengantin itu dikeluarkan oleh BKKBN dengan Kementerian Agama dan diberi nama aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil).
Hingga 12 Desember 2022, tercatat 573.790 calon pengantin (catin), 56.492 ibu hamil, dan 28.246 total pasca persalinan, yang sudah terdaftar di Elsimil.
Terdapat pula data yang menggambarkan bahwa terdapat, 68.32% jumlah pengguna acceptor (KB), 24.63% kehamilan dengan resiko tinggi, 22.30% janin tumbuh lambat, 12.82% bayi yang lahir prematur, 25.42% ukuran bayi tidak normal, dan 26.35% kondisi anak Indonesia yang mengalami stunting.
Berdasarkan data tersebut, pemerintah dapat lebih mudah memantau perkembangan kondisi stunting di Indonesia dimulai dari sebelum pasangan pengantin menikah. Bersinergi dengan Kementerian Agama (Kemenag), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam rangka dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting merilis program Jurus Catin.
Dikemas dalam bentuk video yang menghibur dan mudah dipahami oleh masyarakat, serta telah dapat diakses melalui instagram & youtube BKKBN Official sehingga bisa menyasar calon pengantin (catin) yang akan melangsungkan pernikahan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu sebelum menikah.
Artikel Terkait
Pasti tidak Tahu! Tips Merekayasa Obat Nyamuk Bakar Agar tidak Mengeluarkan Asap, tidak Sesak: Bersih dan Awet
Berapa Kandungan Kalori pada Donat? Benarkah Melebihi Kandungan Kalori pada Martabak Manis? Berikut Faktanya!
Edukasi terhadap Stunting Kerap Menjadi Persoalan. Sebenarnya Apa yang Harus Kita Sikapi? Ini Kata Dokter Tan
Selain Tingkatkan Kualitas Tidur, Ini 7 Manfaat Lain dari Teh Chamomile
Jangan Diabaikan, Kenali 5 Tanda Kalau Kamu Butuh 'Me Time'